Prevalensi dermatitis seboroik secara umum berkisar 3-5%
pada populasi umum. Penyakit ini dapat menyerang bayi
ataupun pada orang dewasa. Dermatitis seboroik pada bayi terjadi pada 3 bulan pertama, kemudian
jarang pada usia sebelum akil balik dan insidensnya mencapai puncaknya pada
umur 18-40 tahun, kadang-kadang pada umur tua. Dermatitis seboroik lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita.
Dermatitis seboroik adalah
kelainan kulit kronik papuloskuamosa dengan predileksi di daerah kaya kelenjar
sebasea, skalp, wajah dan badan.
Dermatits seboroik merupakan kelainan kulit yang terdiri atas eritema
dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan.
Dermatitis
seboroik yang ringan yang mengenai kulit kepala
berupa skuama-skuama yang halus, mulai sebagai bercak kecil yang kemudian
mengenai seluruh kulit kepala dengan skuama-skuama yang halus dan kasar. Pada daerah pipi,
hidung, dan dahi kelainan dapat berupa papul-papul. Bentuk yang berat ditandai
dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan
krusta tebal. Sering meluas ke dahi, telinga post-aurikular dan leher. Pada daerah dahi
tersebut, batasnya sering cembung. Pada bentuk yang lebih berat lagi, seluruh
kepala tertutup oleh krusta-krusta yang kotor dan berbau tidak sedap
Keluhan lain pada dermatitis seboroik adalah
rasa gatal walupun jarang. Dermatitis
seboroik adalah penyakit kronis dan akan
berlangsung sampai nantinya akan mereda selama beberapa waktu kemudian kambuh Predileksi dermatitis
seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar sebasea
(kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian luar,
saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata,
glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian atas (daerah presternum,
daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah
anogenital)
Status dermatologis dinyatakan bahwa pada daerah wajah, dahi
dan pipi terdapat makula eritematosa, berukuran
plakat,berbentuk ireguler
berbatas tegas dan,skuama putih halus di atasnya. Pada daerah retroaurikular ditemukan makula
eritematosa, berukuran plakat,berbentuk ireguler berbatas
tegas, skuama putih kasar di
atasnya,ada papul. Berdasarkan teori dermatitis seboroik merupakan kelainan
kulit yang terdiri atas eritema
dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan.
Pada daerah pipi, hidung, dan dahi kelainan dapat
berupa papul-papul. Bentuk yang berat ditandai dengan adanya bercak-bercak yang
berskuama dan berminyak disertai eksudasi dan krusta tebal. Sering meluas ke
dahi, telinga post-aurikular
dan leher. Predileksi
dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar
sebasea (kelenjar minyak) yaitu daerah kepala (kulit kepala, telinga bagian luar,
saluran telinga, kulit di belakang telinga), wajah (alis mata, kelopak mata,
glabellla, lipatan nasolabial, dagu), dan badan bagian atas (daerah presternum,
daerah interskapula, areolla mammae, umbilikus, lipatan paha, daerah
anogenital)
Diagnosa banding dermatitis seboroik yaitu psoriasis. Kelainan
kulit pada psoriasis berupa eritema sirkumskrip dan merata dengan skuama
berlapis, kasar , berwarna putih seperti mika dan disertai dengan Auspitz
sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama yang berminyak dan agak
kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Skuama pada psoriasis jika dicoba
dilepas akan mungkin berdarah tetapi skuama pada dermatitis seboroik dengan
sangat mudah dilepas. Tempat predileksinya pun berbeda , predileksi psoriasis
antara lain skalp, perbatasan skalp dengan muka, ekstremitas bagian ekstensor
terutama siku dan lutut, dan daerah lumbosakral, sedangkan predileksi
dermatitis seboroik di : skalp, dahi,
pipi, hidung. Tempat lain yang mungkin : liang telinga luar, lipatan nasolabial,
daerah sternum, areola mame, lipatan dibawah mame pada wanita, interskapular,
umbilicus, lipat paha, dan daerah anogenital. Psoriasis biasanya melibatkan
kuku, disamping menimbulkan kelainan pada kulit. Pada dermatitis seboroik rasa gatal akan
muncul jika sudah berat sedangkan pada psoriasis gatal sudah dirasakan dari
awal penyakit.
Diagnosa banding dermatitis seboroik yang lain
adalah kandidosis
Kutis. Dermatitis seboroik
dapat menyerupai kandidosis kutis pada
lipat paha, lipatan payudara, dan umbilikus dengan gambaran bercak yang
berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa sedangkan pada dermatitis seboroik eritema dan skuama berminyak dan
agak kekuningan, batasnya agak kurang jelas. Pada kandidosis, lesi dikelilingi oleh
satelit berupa vesikel - vesikel dan pustul – pustul yang kecil atau bula yang
bila pecah meningalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan
berkembang seperti lesi primer. Dermatitis seboroik dan kandidosis
intertriginosa juga dapat dibedakan pada tempat predileksinya. Predileksi
dermatitis seboroik terdapat pada bagian tubuh yang banyak terdapat kelenjar
sebasea yaitu daerah kepala, wajah dan
badan bagian atas. Sedangkan
predileksi kandidosis intertriginosa selain pada lipat paha, lipatan payudara
dan umbilikus, juga terdapat ada lipatan kulit ketiak, intergluteal, antara
jari tangan atau kaki, glands penis dan umbilikus. Keluhan gatal yang
lebih menonjol dapat mendukung diagnosis kandidosis intertriginosa.
Tata
laksana yang diberikan pada pasien ini adalah : terapi medikamentosa dan non
medikamentosa. Terapi non medikamentosa yaitu dengan pemberian edukasi kepada
pasien tentang
-
Minum obat teratur dan
jangan digaruk.
-
Mandi teratur dengan
sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan namun mengiritasi pada sebagian
kulit yang sensitif).
-
Higiene yang baik,
mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan bersih.
-
Penderita harus
diberitahu bahwa penyakit ini berlangsung kronik dan sering kambuh
-
Penderita harus
menggunakan alkohol dan bahan-bahan yang mengandung alkohol di daerah yang
meradang.
-
Harus menghindari
faktor pencetus, seperti stres emosional, makanan berlemak, dsb.
-
Kontrol rutin
Terapi
medikamentosa yang diberikan yaitu
1.
Hidrocortison 2,5% 10gr
Hidrokortison
merupakan kortikosteroid yang memiliki efek anti
inflamasi, anti alergi, anti pruritus serta vasokonstriksi. Kortikosteroid
berdifusi melalui barrier stratum
korneum dan melalui membran sel untuk mencapai sitoplasma keratinosit dan
sel-sel lain yang terdapat epidermis dan dermis. Pada waktu memasuki jaringan,
kortikosteroid berdifusi menembus sel membran dan terikat pada kompleks
reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan bentuk, lalu bergerak menuju
nukleus dan berikatan dengan kromatin. Ikatan ini menstimulasi transkripsi RNA
dan sintesis protein spesifik. Induksi sintesis protein ini merupakan perantara
efek fisiologis steroid.
Kortikosteroid
memiliki efek spesifik dan nonspesifik yang berhubungan dengan mekanisme kerja
yang berbeda, antara lain adalah efek anti-inflamsi, imunosupresif,
antiproliferasi, dan vasokonstriksi. Efek kortikosteroid pada sel kebanyakan
dimediasi oleh ikatan kortikosteroid pada reseptor di sitosol, diikuti dengan
translokasi kompleks obat-reseptor ke daerah nukleus DNA yang dikenal dengan corticosteroid responsive element,
dimana bisa menstimulasi atau menghambat transkripsi gen yang berdampingan,
dengan demikian meregulasi proses inflamasi.
Efek samping dari kortikosteroid sendiri ialah striae atrofise, telengestasis,
purpura, hipertrikosis setempat, hipopigmentasi, dermatitis perioral,
menghambat penyembuhan ulkus, infeksi mudah terjadi dan meluas.
2. Mikonazol cream 10g
Mikonazol
adalah suatu turunan dari 1-phenetylimidazole yang memiliki aktivitas
antifungal yang bekerja mempengaruhi permeabilitas jamur dengan mengganggu
biosintesa ergosterol yang megakibatkan terganggunya membran plasma. Mikonazol
tetap tinggal dikulit selama lebih dari 4 hari sesudah penggunaan topikal.
Sediaan mikonazol dapat berupa miconazol cream yang
mengandung miconazol nitrat 2%, miconazol salep yang menadung miconazol nitrat
2%, miconazol oral gel yang mengandung miconazol nitrat 2%, kapsl vagina yang
mengandung miconazol nitrat 200mg, miconazol tablet mulut yang mengandung
miconazol nitrat 50 mg. Efek samping yang dapat ditimbulkan oleh mikonazol
yaitu sakit kepala, perubahan rasa dilidah, mulut kering, mual, diare dan nyeri
ulu hati.
Penyakit ini bersifat kronik dan dapat
berulang jika ada faktor pemicunya. Lesi yang luas dapat terjadi akibat
penggunaan obat topikal yang kurang tepat atau karena terpajan matahari.
Variasi yang berbahaya dari dermatitis seboroik adalah eritroderma seboroik.
Keluhan lain yang dapat ditemukan pada pasien ini yaitu onychodystrophy, ketidakseimbangan elektrolit dan thermal dysregulation.
No comments:
Post a Comment