PENDAHULUAN
Hemoroid
adalah kondisi anorektal yang sangat umum didefinisikan sebagai gejala
pembesaran dan perpindahan distal anal
cushion normal. Hemoroid diderita oleh jutaan orang di seluruh dunia, dan
mewakili masalah medis mayor dan sosial ekonomi. Banyak faktor telah diklaim
sebagai etiologi perkembangan hemoroid termasuk sembelit dan straining berkepanjangan. Dilatasi dan
distorsi yang tidak normal pada saluran pembuluh darah, bersama dengan
perubahan destruktif pada jaringan ikat pendukung dalam anal cushion adalah penemuan terpenting penyakit hemoroid .
Reaksi inflamasi dan hiperplasia vaskular mungkin terjadi pada
hemoroid. Artikel ini merupakan artikel pertama yang mengulas patofisiologi dan latar belakang
klinis lain dari penyakit hemoroid, diikuti oleh pendekatan terkini dalam
manajemen non-operatif dan operatif.
PATOFISIOLOGI PENYAKIT
HEMOROID
Patofisiologi
yang tepat dari perkembangan hemoroid masih kurang dipahami. Selama
bertahun-tahun teori varises vena yang mendalilkan bahwa hemoroid disebabkan
oleh varises vena di saluran anal sangat populer tetapi sekarang sudah usang
karena hemoroid dan Varises anorektal terbukti merupakan entitas yang berbeda.
Bahkan, pasien dengan hipertensi portal dan varises tidak memiliki peningkatan
insiden hemoroid.
Saat ini,
teori lapisan saluran anal yang bergeser diterima secara luas. Hal ini mengusulkan
bahwa hemoroid berkembang ketika jaringan pendukung anal cushion hancur atau memburuk. Karena itu hemoroid adalah istilah
patologis untuk menggambarkan perpindahan abnormal anal cushion ke bawah yang menyebabkan dilatasi vena. Biasanya ada
tiga anal cushion utama, yang
terletak di anterior kanan, sisi posterior kanan dan lateral kiri pada saluran
anal, dan berbagai anal cushion minor
yangterletak di antara mereka. Anal cushion pasien dengan hemoroid menunjukkan perubahan patologis
yang signifikan. Perubahan ini termasuk dilatasi vena abnormal, trombosis
vaskular, proses degenerasi dalam serat kolagen dan jaringan fibroelastik, distorsi
dan pecahnya otot subepitel anal. Selain temuan di atas, reaksi
inflamasi yang parah melibatkan dinding pembuluh darah dan jaringan ikat di
sekitarnya telah ditunjukkan di spesimen hemoroid, dengan ulserasi mukosa
terkait, iskemia dan trombosis [2].
Beberapa
enzim atau mediator yang terlibat dalam degradasi jaringan pendukung di anal cushion telah dipelajari. Di
antaranya, matrix metalloproteinase (MMP), proteinase yang bergantung pada zink, adalah salah satu enzim yang paling kuat yang mampu mendegradasi enzim
ekstraseluler seperti elastin, fibronektin, dan kolagen. MMP-9 ditemukan
diekspresikan berlebihan dalam hemoroid, dalam hubungan dengan pemecahan serat
elastis [8]. Aktivasi MMP-2 dan MMP-9 oleh trombin, plasmin atau proteinase
lainnya mengakibatkan gangguan lapisan kapiler dan mempromosikan aktivitas
angioproliferatif mengubah faktor pertumbuhan β (TGF-β) [9].
Baru-baru
ini, peningkatan densitas mikrovaskuler ditemukan dalam jaringan hemoroid yang menunjukkan bahwa neovaskularisasi merupakan
fenomena penting pada penyakit hemoroid. Pada tahun 2004, Chungetal [4]
melaporkan bahwa endoglin (CD105), yang merupakan salah satu sisi pengikat dari
TGF-β dan merupakan penanda proliferatif untuk neovaskularisasi, diekspresikan
pada lebih dari setengah spesimen jaringan hemoroid dibandingkan dengan yang diambil
dari mukosa anorektal normal, tidak menunjukkan hal yang serupa. Penanda ini
sangat mencolok ditemukan dalam venula yang memiliki ukuran lebih besar dari
100 μm. Apalagi peneliti menemukan bahwa peningkatan densitas mikrovaskular jaringan
hemoroid terjadi terutama ketika trombosis dan vascular endothelial growth factors (VEGF) hadir. Han dkk [8] juga menunjukkan bahwa ada ekspresi yang
lebih tinggi dari protein terkait angiogenesis seperti VEGF pada hemoroid.
Mengenai
studi morfologi dan hemodinamik dari anal
cushion dan hemoroid, Aigner dkk [3,10] menemukan bahwa pangkal cabang
arteri rektum superior yang memasok darah ke anal cushion pada pasien dengan hemorrhoid memiliki diameter yang
lebih besar, aliran darah yang lebih besar, kecepatan puncak dan kecepatan
percepatan yang lebih tinggi, dibandingkan dengan sukarelawan sehat. Apalagi,
sebuah peningkatan kemampuan dan aliran arteri berkorelasi dengan baik dengan grade hemoroid. Temuan abnormal ini
masih tetap didapat setelah operasi pengangkatan hemoroid yang mengkonfirmasi
hubungan antara hipervaskularisasi dan pengembangan hemoroid.
Aigner dkk [3] dengan
menggunakan pendekatan imunohistokimia juga mengidentifikasi sphincter-like structure (struktur seperti sfingter) yang dibentuk oleh tunika media
yang tebal yang mengandung 5-15 lapisan sel otot polos yang berada diantara
pleksus pembuluh darah di dalam ruang subepitel zona transisi daerah anal pada
spesimen anorektal normal. Berbeda dengan spesimen normal pasien hemoroid
mengandung pembuluh darah dengan dinding
tipis yang sangat melebar di dalam pleksus arteriovenosa submukosa dengan penyempitan
struktur sphincter-like (struktur seperti sfingter) yang tidak ada atau hampir
menyempit pada pembuluh darah. Peneliti
ini menyimpulkan bahwa itu sfingter otot polos pada pleksus arteriovenosa
membantu mengurangi aliran arteri, sehingga memfasilitasi drainase vena yang efektif. Aigner dkk [3] kemudian mengusulkan bahwa jika mekanisme ini terganggu, hiperperfusi pleksus
arteriovenosa akan menyebabkan pembentukan hemoroid.
Berdasarkan temuan
histologis tentang dilatasi vena abnormal dan distorsi (penyimpangan) pada hemoroid,
disregulasi sifat pembuluh darah mungkin berperan dalam perkembangan penyakit hemoroid.
Pada dasarnya otot polos pembuluh darah diatur oleh sistem saraf otonom, hormon,
sitokin, dan endotelium sekitarnya. Ketidakseimbangan antara faktor relaksasi derivat
endotelium (seperti nitrat oksida, prostasiklin, dan faktor hiperpolarisasi
endotelium)dan faktor vasokonstrik derivat endotelium(seperti oksigen reaktif
yang radikal dan endotelin) menyebabkan beberapa gangguan pembuluh darah [11]. Pada
penderita hemoroid di laporkan nitric
oxide synthase, suatu enzim yang mensintesis oksida nitrat dari L-arginin,
meningkat secara signifikan [8].
Beberapa perubahan
fisiologis pada saluran anal pasien hemoroid telah diamati. Sun dkk [12] mengungkapkan
bahwa tekanan anal pada waktu istirahat pada pasien hemoroid yang tidak prolaps atau prolaps jauh lebih tinggi dari
pada subyek normal, sedangkan tidak ada perubahan ketebalan sfingter interna
yang signifikan. Ho dk [13] melakukan penelitian tentang fisiologis anorektal
pada 24 pasien dengan hemoroid prolaps dan dibandingkan dengan hasil dalam 13 subjek
normal yang sesuai dengan jenis kelamin dan usia. Sebelum operasi,mereka yang
menderita hemoroid memiliki tekanan anal waktu istirahat yang tinggi secara
signifikan, penyesuaian dubur yang lebih rendah, dan lebih banyak perineum yang
turun. Kelainan yang ditemukan kembali menjadi normal sekitar 3 bulan setelah
hemoroidektomi yang menunjukkan bahwa perubahan fisiologis pada penyakit
hemoroid lebih cenderung menjadi efek dan bukan penyebabnya.
Epidemiologi dan faktor resiko hemoroid
Meskipun hemoroid dipercaya disebabkan oleh perdarahan dubur dan ketidaknyamanan dubur, epidemiologi penyakit ini yang sebenarny tidak diketahui karena pasien cenderung menggunakan pengobatan sendiri daripada mencari pengobatan medis yang tepat. Penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh Johanson dkk pada tahun 1990 menunjukkan bahwa 10 juta orang-orang AS mengeluhkan hemoroid yang mana sesuai dengan tingkat prevelensinya yaitu 4,4%. Dikedua jenis kelamin, pncak prevalensi terjadi antara usia 45-65 tahun dan hemoorid yang berkembang sebelum usia 20 tahun jarang ditemukan. Sembelit dan mengejan yang berkepanjangan diyakini menyebbakan obstruksi aliran balk vena, menghasilkan pembengkakan pleksus hemoroid. Buang air besar pada feses yang padat dan keras meningkatkan gaya peristaltik pada anal cushion. Namun, bukti terbaru mempertanyakan pentingnya konstipasi dalam perkembangan penyakit ini. Banyak peneliti yang gagal menunjukkan hubungan yang signifikan antara hemoroid dan konstipasi, sedangkan beberapa laporan menyatakan bahwa diare adalah faktor resiko dalam perkembangan hemoroid. Peningkatan usaha pada saat buang air besar dapat mempercepat perkembangan gejala seperti perdarahan dan prolaps pada pasien dengan riwayat penyakit hemoroid. Kehamilan dapat mempengaruhi kemacetan anal cushion dan gejala-gejala hemoroid, yang akan sembuh secara spontan segera setelah lahir. banyak faktor diet yang juga ikut terlibat, seperti diet rendah serat, makanan pedas dan konsumsi alkohol, tetapi data yang dilaporkan tidak konsisten.
KLASIFIKASI DAN GRADING HEMOROID
Sistem klasifikasi hemoroid tidak hanya bermanfaat
untuk membantu dalam memilih pengobatan, tetapi juga memungkinkan perbandingan
hasil terapi di antara pilihan pengobatan yang tersedia.Umumnya hemoroid
diklasifikasikan berdasarkan lokasi dan tingkat prolapsnya. Hemoroid internal
berasal dari pleksus vena hemoroid inferior di atas garis dentate dan ditutupi oleh mukosa, sedangkan hemoroid eksternal
adalah pleksus venula yang melebar terletak di bawah garis dentate dan tertutup dengan epitel skuamosa. Hemoroid campuran
(interno-eksternal) muncul di atas maupun di bawah garis dentate. Untuk tujuan praktis, selanjutnya hemoroid internal
dinilai berdasarkan tampilan dan tingkat prolaps, dikenal sebagai klasifikasi
Goligher: (1) Hemoroid derajat pertama (tingkat Ⅰ): anal
cushion berdarah tapi tidak jatuh; (2) Hemoroid tingkat kedua (grade Ⅱ): Anal cushion prolaps melalui anus pada saat
tegang(saat BAB) tetapi masuk lagi secara spontan; (3) Hemoroid tingkat ketiga
(tingkat Ⅲ): Anal cushion prolaps melalui anus pada saat tegang atau pengerahan
tenaga dan bisa dimasukkan kembali ke dalam lubang anus secara manual; dan (4) Hemoroid
derajat keempat(tingkat Ⅳ): Prolaps tetap keluar setiap saat dan tidak
dapat direduksi. Trombosis akut, hemoroid internal inkarserata dan hemoroid
trombosis dan inkarserata yang melibatkan prolaps mukosa sirkumferensial anal juga
merupakan hemoroid derajat keempat [18].
Beberapa penulis mengusulkan
klasifikasi berdasarkan posisi anatomi hemoroid, digambarkan sebagai primer (pada
tiga tempat khas anal cushion),sekunder
(di antara anal cushion), atau
melingkar, dan berdasarkan gejala yang nampak sebagai hemoroid prolaps dan
hemoroid non-prolapsing [19]. Namun, klasifikasi ini tidak digunakan secara
luas.
Evaluasi klinis hemoroid
Manifetasi hemoroid yang paling umum adalah perdarahan anus tanpa rasa sakit yang terkait dengan pergerakan usus dan digambarkan pasien dengan keluhan ada darah menetes ke toilet. Darah
biasanya berwarna merah cerah seperti jaringan hemoroidal yang memiliki hubungan
arteriovenosa langsung . Feses yang mengandung darah positif atau anemia tidak boleh
dikaitkan dengan hemoroid sampai usus besar dievaluasi secara baik terutama ketika terjadi
perdarahan atipikal untuk hemoroid dan tidak ada sumber perdarahan yang terlihat pada
pemeriksaan anorektal, atau ketika pasien memiliki faktor risiko yang signifikan untuk
neoplasia kolorektal.
Hemoroid yang prolaps dapat menyebabkan iritasi perineum atau rasa gatal pada anus
karena sekresi lendir atau tertinggalnya feses. Perasaan evakuasi tidak lengkap atau
kepenuhan pada rektum juga dilaporkan pada pasien dengan hemoroid yang besar.
Nyeri itu biasanya tidak disebabkan oleh hemoroid kecuali telah terjadi trombosis,
terutama pada hemoroid eksternal atau jika hemoroid internal tingkat empat menjadi
strangulasi. Fisura anus dan abses perianal menjadi penyebab yang lebih sering pada
nyeri anus pada pasien hemoroid.
Diagnosis pasti penyakit hemoroid adalah berdasarkan anamnesa riwayat pasien dan
pemeriksaan fisik yang cermat. Penilaian harus mencakup pemeriksaan digital dan
anoskopi pada posisi lateral kiri (left laeral position). Area perianal harus diperiksa
mulai dari tanda-tanda pada kulit anus, hemoroid eksternal, dermatitis perianal akibat
keputihan atau sisa-sisa feses, fistula-in-ano dan fisura anus. Beberapa dokter lebih suka
memeriksa dengan posisi pasien duduk dan mengejan untuk melihat prolaps. Meskipun
hemoroid internal tidak bisa dipalpasi, pemeriksaan digital akan mendeteksi massa anorektal
abnormal, stenosis dan jaringan parut anal, mengevaluasi sifat sfingter ani, dan menentukan
status hipertrofi prostat yang mungkin menjadi alasan untuk mengejan karena akan
memperparah penurunan anal cushion selama berkemih. Ukuran, lokasi, keparahan
peradangan dan perdarahan pada hemoroid harus dicatat selama anoskopi. Retrofleksi
intrarektal dari kolonoskop atau anoscope transparan dengan endoskopi fleksibel juga
memungkinkan visualisasi yang sangat baik dari saluran anal dan hemoroid, dan dapat
dilakukan perekaman gambar.
PENGELOLAAN PENYAKIT HEMOROID
Terapi pengobatan hemoroid berkisar dari modifikasi pola makan dan gaya hidup
hingga operasi radikal, tergantung pada derajat dan keparahan gejala.
Modifikasi pola makan dan gaya hidup
Sejak aksi sulit defekasi pada mukosa anus dapat menyebabkan kerusakan pada
anal cushion dan menimbulkan gejala hemoroid, meningkatkan asupan serat atau
menyediakan bulk dalam pola makan dapat membantu menghilangkan mengejan
saat defekasi. Dalam penelitian klinis hemoroid, suplemen tinggi serat mengurangi
risiko gejala yang persisten dan mengurangi perdarahan sekitar 50%, tetapi tidak tidak
memperbaiki gejala prolaps, nyeri, dan gatal-gatal [ 26]. Oleh karena itu suplemen serat
dianggap efektif untuk mengobati hemoroid non-prolaps; namun, untuk peningkatan efek
yang nyata butuh waktu hingga 6 minggu [33]. Karena suplemen tinggi serat aman dan
murah, mereka tetap menjadi bagian integral pengobatan awal dan sebagai rejimen yang
mengikuti modalitas terapi lainnya bagi hemoroid.
Modifikasi gaya hidup juga harus disarankan kepada pasien manapun dengan derajat
hemoroid apa pun sebagai bagian dari pengobatan dan sebagai tindakan pencegahan.
Perubahan ini termasuk meningkatkan asupan serat makanan dan cairan oral, mengurangi
konsumsi lemak, berolahraga teratur, meningkatkan kebersihan anus, tidak mengejan terlalu
kuat dan membaca di toilet, dan menghindari obat-obatan yang menyebabkan sembelit atau
diare.
Tatalaksana Medikamentosa
- Flavonoid oral
- Kalsium dobesilat oral
- Pengobatan topikal
Perawatan non-operasi
-Skleroterapi
-Ligasi rubber
band
-Koagulasi menggunakan inframerah
-Ablasi Radiofrekuensi
-Cryoterapi
Perawatan operasi
Prosedur
operasi ditunjukkan ketika prosedur non-operasi telah gagal atau telah terjadi
komplikasi. Pendapat yang berbeda tentang patogenesis hemoroid menyebabkan
adanya prosedur bedah yang berbeda pula.
-Hemoroidektomi
-Plikasi
-Ligasi arteri hemoroid dengan bantuan
Doppler
-Stapled Hemorrhoidopexy
No comments:
Post a Comment